Ketika berkunjung ke suatu daerah, salah satu hal yang wajib untuk diburu dan dicoba adalah kuliner khasnya. Kuliner sangat erat dengan kondisi alam dan budaya suatu tempat dimana kelompok masyarakat berkembang.
Keragaman kuliner menjadikannya salah satu hal yang disukai oleh para pelancong, rasanya tak lengkap jika mengunjungi suatu daerah tanpa menjajal kulinernya. Tak jarang, olahan kuliner khas suatu daerah juga dijadikan buah tangan bagi pengunjung.
Curugmuncar, desa yang terletak di dataran tinggi Jawa Tengah, memiliki topografi dan kondisi cuaca yang memungkinkan untuk budidaya tanaman perkebunan. Sebagian besar warga di Curugmuncar bekerja sebagai pekebun di kebun masing-masing dengan berbagai jenis tanaman.
Singkong adalah salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama pertanian Curugmuncar. Jika berbicara soal singkong, teringat akan sentuhan Midas―apapun yang disentuh akan menjadi sebuah 'emas'. Dalam hal ini, singkong adalah tanaman yang dapat diolah menjadi banyak jenis makanan lezat.
Jumlah singkong yang melimpah memantik kreativitas warga untuk menyulapnya menjadi panganan khas Curugmuncar. Genthe, cantir, klatak, dan manggleng adalah olahan-olahan singkong yang menjadi ikon kuliner Curugmuncar yang terkenal.
Masing-masing olahan memiliki cara pembuatan yang mirip diantaranya dengan merebus dan menghaluskan singkong kemudian membentuknya menjadi semacam lontong, kemudian diiris dan dijemur. Singkong hasil tanah Curugmuncar memiliki cita rasa yang khas sehingga ketika diolah menjadi makanan diatas, rasa khas singkong justru semakin kuat dan membuat siapapun yang memakannya akan ketagihan.
Salah satu makanan, manggleng, juga memiliki ciri khas yaitu bumbu yang digunakan bukanlah bumbu serbuk buatan tetapi asli bumbu yang diolah dan dioseng sendiri. Hal tersebut membuat rasa bumbu manggleng akan berbeda ciri khas tergantung siapa tangan yang membuat bumbunya. Tetapi pada dasarnya rasa manggleng adalah pedas, manis, dan gurih. Sangat cocok untuk camilan di kala beraktivitas.
Keunikan lain juga terdapat pada cantir, olahan tradisional yang mirip dengan cimpring dan opak ini memiliki keunikan dalam skema penjualannya. Alih-alih dijual per kilo, cantir justru secara tradisional dijual per biji dengan harga delapan ribu per seratus biji. Tak hanya itu, seluruh proses pembuatan juga dilakukan dengan tangan tanpa bantuan mesin!
Keragaman olahan dari bahan yang sama yaitu singkong dapat kalian temui hanya di Curugmuncar. Pastikan untuk membawa pulang salah satu bahkan semua kuliner ringan diatas ketika kalian berwisata di Curugmuncar. Selamat mencoba!